Jumat, 19 Oktober 2012

Apakah orang Indonesia Malas...?

“The important thing is not where you were or where you are but where you want to get.” (Dave Mahoney) 


photo: noethics.com
Suatu hari seorang teman saya mengatakan bahwa “Orang Surabaya itu sombong, punya gaji Rp. 1.500.000,- saja sudah puas, tapi kalau habis gak sampai 1 bulan ngomel…!!!”. Disaat yang lain seorang teman berkata “Orang Indonesia itu malas bekerja, prinsipnya mangan ora mangan seng penting ngumpul…!!!” . Terlepas benar atau tidaknya pendapat dari para teman saya itu ternyata di amini juga oleh Marzuki Ali.

Saat berbicara dalam acara seminar di Kongres BEM PTNU (Badan Eksekutif Mahasiswa-Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama) senusantara di kampus Unipdu Rejoso, Peterongan, Jombang, Minggu (8/7/2012) salah seorang peserta bertanya seperti berikut "Menurut Pak Marzuki, sejauh mana korupsi itu berimbas pada munculnya kemiskinan di Indonesia?,"  Pertanyaan itu langsung disambut oleh politisi asal Partai Demokrat ini. Namun dia bukannya mengulas soal korupsi yang banyak melibatkan anggota dewan yang dipimpinnya. "Tidak ada orang miskin itu yang disebabkan orang lain. Salah sendiri malas. Kalau mau usaha, pasti tidak miskin," katanya.

Setuju atau tidaknya terhadap pernyataan dari para teman saya dan juga Marzuki Ali, tentunya pernyataan mereka tersebut punya dasar yang kuat, entah berdasarkan pengalaman pribadi ataupun informasi yang didapatkan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya. Saya pribadi tidak seratus persen mengamini pernyataan mereka tapi sekaligus juga tidak menyalahkan pendapat mereka. Saya lebih memilih mengatakan bahwa mayotitas masyarakat Indonesia belum bisa menetapkan tujuan hidup mereka dengan benar.

photo: smartgoalsguide
Dalam beberapa seminar yang saya selenggarakan saya sering berinteraksi secara langsung dengan pendengar untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai apa yang mereka harapkan, salah satu pertanyaan yang sering saya ajukan ketika sedang membahas mengenai goal setting. Dari berbagai macam jawaban yang saya peroleh ternyata semua mengerucut pada ketidak mengertian akan goal setting atau penetapan tujuan hidup di masa depan. Pada umumnya mereka menetapkan goals diluar dari kemampuan yang dimiliki saat ini dan tanpa mau merubah atas apa yang tengah dikerjakan saat ini. Berikut adalah kutipan dialog yang saya lakukan dengan salah seorang peserta:

Saya
:
Coba bapak pikirkan apa saja yang bapak inginkan di 2 tahun kedepan…?     
Peserta
:
Banyak, antara lain ingin punya rumah, mobil, naik haji dan lain sebagainya.
Saya
:
Dari sekian banyak keinginan tersebut, apa yang menjadi prioritas bapak..?
Peserta
:
Rumah pak, karena saat ini masih ngontrak.
Saya
:
Berapa penghasilan bapak saat ini..?
Peserta
:
Rp. 2.500,000,-
Saya
:
Setelah dipotong biaya kontrak dan biaya hidup lainnya kira-kira berapa rupiahkah yang bisa disisihkan untuk ditabung pada setiap bulannya..?
Peserta
:
Lebih kurang Rp. 500.000,-
Saya
:
Lalu yang bapak inginkan rumah dengan harga berapa..?
Peserta
:
Gak usah yang mahal, harga Rp. 100.000.000,- juga sudah cukup.
Saya
:
Untuk mewujudkan keinginan bapak tersebut, apakah ada rencana lain yang akan bapak lakukan, atau mungkin ada sumber pemasukan lainnya…?
Peserta
:
Sementara ini belum ada pak.
Saya
:
Lalu bagaimana bapak bisa punya rencana membeli rumah seharga Rp. 100.000.000,- sementara kemampuan bapak hanya bisa menabung sebanyak Rp. 12.000.000,- dalam 2 tahun kedepan.
Peserta
:
“Terdiam seribu bahasa….!!!!"

Hidup adalah perencanaan, apa yang kita rencanakan terkadang jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki saat ini. Anda adalah penentunya mau merubah keadaan atau tetap dengan kondisi saat ini dan melupakan seluruh keinginan besar Anda…!!!.

Ingat…!!! Tidak ada kata terlambat dan berhentilah untuk menyalahkan keadaan, segera berbenah diri dan pikirkan apa yang dapat Anda lakukan untuk merubah kehidupan Anda di 2 tahun kedepan…!!!!



Salam sukses…!!!  



0 comments:

Posting Komentar