Galatama Bawal Camar Juli 2016

Mancing barang teman-teman probait anatara lain Akang Sunda, Effendi, Maulana, dan Amir. Sayang sekali empang ini sudah beralih fungsi menjadi empang Ikan Mas.

Galatama Lele Nadia Juli 2012

Bersama Rossy Sirai dan Kadal, sayang empang lelenya sudah ditutup dan dialih fungsikan sebagai empang gaplekan Ikan Mas.

KP Ainul Yakin 8 Maret 2020

Mewariskan joran kesayangan yg sudah sering menghantarkan sebagai juara di Galatama Ikan Mas ke Fransisco Siswantoti.

Tropodo Sidoarjo April 2011

Mancing mujaer barsama adik Paramitha Boedihardjo dan suaminya Pambudi Sardjono.

Mega Sentul September 2019

Acara Mancing bareng bersama Probait Lovers.

Kamis, 24 April 2014

Saya bukan pemancing melainkan dosen mancing (Kenangan dengan Bang Cendol guru saya dalam mancing galatama lele)

Sebutan saya sebagai Pak Dosen untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Cendol salah satu jawara mancing diseputaran Bintaro dan Ciputat yang sangat disegani oleh para lawan tandingnya. Dimasa keemasannya Cendol kerap kali diusir oleh pemancing maupun pemilik empang sebagai akibat setiap dia main hampir dipastikan menjadi juara dan bahkan terkadang dalam 1 sesi bisa menggondol 3 amplop. Ujung-ujungnya Cendolpun diisukan memelihara jin oleh para pemancing yang sirik.

Berawal di Pemancingan Galatama Lele Kelapa Ijo Sawah Lama Ciputat dipertengahan Desember 2011 saya mulai mengenalnya. Andri seorang pemancing teman karib saya dan juga Cendol mengajak saya ke Kelapa Ijo. Pada saat itu saya tidak mancing hanya survey lokasi dan kebetulan saat itu Cendol tengah main dan aksinya memang sangatlah luar biasa, dalam 1 sesi  berhasil menyabet juara  Induk 1 dan Prestasi dengan hampir tidak ada perlawanan yang berarti dari lawan tandingnya.

Sepanjang lomba saya selalu memperhatikan caranya memancing, hal pertama yang membuat saya takjub adalah betapa seringnya Cendol melakukan perubahan terhadap setelan stopper pelampungnya. Ketika ikan makannya lambat buru-buru stoppernya dirubah dan ketika sudah dirubah ikan juga tetap tidak mau makan maka buru-buru dia mencari spot ikan lainnya. Terkadang umpan dilempar kebawah blower kemudian reel digulung secara perlahan sambil jorannya digoyang-goyang. Dilain kesempatan dia setel stoppernya dengan jarak sejengkal dan melempar umpannya tepat dibawah blower dengan tujuan agar ikan yang mangap-mangap diblower menyambar umpannya. Melihat caranya mancing sayapun segera mengambil kesimpulan bahwa Cendol pastinya tidak memelihara jin atau main dukun seperti yang diisukan oleh para pemancing yang pada sirik melainkan seorang pemancing bermental baja yang telah membekali dirinya dengan segudang tehnik mancing yang benar-benar belum dimengerti oleh lawan tandingnya pada saat itu.

Tidak perlu menunggu waktu yang lama sayapun menjadi akrab dengan Cendol. Selama tujuh bulan kedepan saya banyak belajar mengenai berbagai macam tehnik mancing lele dengan Cendol, terkadang ketika umpan andalannya sudah tidak jalan(cacing lur dan daging) saya memberikan saran kepada dia untuk menggunakan umpan olahan yang selalu saya eksperimenkan dan disinilah awal kejadian yang membuat Cendol memberikan julukan Pak Dosen kepada saya. Apa yang dikatakan Cendol memang hampir 100% benar karena setelah menemukan sebuah resep umpan yang mumpuni maka untuk selanjutnya resep tersebut saya tinggalkan dan memulai eksperimen dengan resep umpan yang baru.

Setelah kecelakaan yang menyebabkan kaki saya patah dipenghujung Juli 2012 saya cukup lama tidak pernah bertemu lagi dengan Cendol. Pertemuan kami kembali dimulai sekitar pertengahan April 2013 di sebuah empang yang terletak di jalan Semanggi – Ciputat. Cendol sudah tidak seperkasa dulu dan bahkan dengan mudahnya dalam 2 sesi saya mengalahkannya untuk merebut juara prestasi yang selama ini selalu menjadi kebanggaanya. Photo diatas adalah saya bersama dengan Cendol diambil oleh Andri sesaat setelah lomba di Semanggi dan 2 jari yang diacungkannya menandakan bahwa saya telah 2 kali berturut-turut mengalahkannya sebagi juara prestasi.

Kekalahan Cendol dari saya pada saat itu dan juga pemancing lainnya yang berhasil menyabet juara lebih disebabkan karena tehniknya sudah banyak ditiru dan auranya meredup dikarenakan penyakit leukimia yang dideritanya. Cukup trenyuh juga melihat kondisi fisik Cendol yang tadinya begitu segar berubah menjadi kering kerontang. Satu hal lagi yang menjadi kelemahan Cendol yang cukup saya pahami adalah dia bisa dinyatakan buta dengan essen mancing dan selama ini dia memang sangat mengandalkan segudang tehnik yang dimiliki untuk meraih kemenangannya. Masa telah berganti dan pola makan ikanpun juga berubah dikarenakan kondisi air dan faktor lainnya. Hal ini sebenarnya juga dipahami oleh Cendol namun entah mengapa dia masih bersikukuh dengan pendiriannya yang lebih mengandalkan tehnik mancing.

Sayapun tidak berapa lama menetap mancing di Semanggi dan memulai kembali penjelajahan dari empang ke empang. Sekitar 2 minggu berselang Cendol datang kerumah berminat membeli essen namun kalau bisa bayar belakangan katanya pada saat itu. Sayapun langsung mengiyakan tanpa berharap dia menepati janjinya hitung-hitung sebagai balas jasa atas ilmu yang telah diturunkannya. Cendolpun nampak sangat gembira dan selang beberapa saat kemudian diapun pamit pulang dengan membawa beberapa botol essen.

Lebih kurang 1 bulan berselang Cendol tiba-tiba muncul dirumah dengan riang gembira sambil memamerkan 1 set peralatan mancing super lengkap dan tak lupa menitipkan uang untuk pembayaran essen. "Hasil kemenangan pak" ujarnya sembari tersenyum. Begitu riang gembiranya dia saat itu seolah-olah tidak ada beban penyakit berat yang diderita. Cukup lama kami ngobrol dan kemudian dia pamit pulang.

Kini sudah hampir 1 tahun berselang saya tidak pernah bertemu lagi dengan Cendol seorang guru yang telah begitu banyak memberikan wawasan mengenai tehnik mancing lele yang benar kepada saya. Pernah beberapakali berupaya menghubunginya melalui SMS dan telpon langsung tapi tidak ada jawaban. Kabar terakhir yang saya dengar Cendol sudah tidak terjun lagi kedunia galatama karena kesehatannya menurun. Saya hanya bisa berdoa semoga kondisi kesehatannya tidak semakin parah dan bahkan sebaliknya menjadi semakin membaik sehingga bisa kembali lagi berkiprah di galatama lele maupun dunia permancingan lainnya.


Note:
- Kisah diatas saya tulis pada tanggal 24 April 2014 dan pagi ini Jum'at tanggal 3 April 2015 saya mendapat kabar bahwa Kamis malam beliau telah t
elah berpulang ke Rahmatullah.
- Terakhir ketemu pada acara mancing di tandon BPI tanggal 22 Maret 2015 bersama dengan Fajar Feat Boetoel.


Selamat jalan Sahabat semoga engkau kini bahagia disisi Allah SWT. Aaminn YRA

Selasa, 08 April 2014

Suatu hari bersama Tirani Dwitasari

You Raise Me Up dari versi Josh Groban, West Life sampai Harrison Craig & Tim Moxey silih berganti melantun lembut ditelinga membawaku berkelana menulis cerita  tentang peristiwa aneh yang kualami di pagi hari tanggal 7 April 2014.

Saat itu aku tengah berjalan berdua kakakku menghabiskan waktu dengan mengitari seluruh pelosok kota kembang. Tanpa disadari kamipun sampai disebuah rumah yang sedang mempersiapkan sebuah pesta dan alangkah terkejutnya ketika mengetahui bahwa penghuni rumah itu ternyata adalah Tirani Dwitasari, seorang gadis cantik jelita yang selama lebih dari 3 tahun belakangan telah terpatri rapi dialam bawah sadarku.

Dengan ramah dia mempersilahkan kami berdua untuk masuk kedalam rumah. Aku terpana melihat keindahan yang terpancar dari raut wajah dan senyumnya sampai-sampai tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hati aku berkata “Tuhan, seandainya waktu bisa diputar balikkan maka aku ingin engkau jadikan dia sebagai belahan jiwaku… Kan kujaga dia sebaik-baiknya dengan segenap kemampuan yang ada hingga maut memisahkan kami…”.

Sedang asik-asiknya berkhayal tiba-tiba suara Tirani mengejutkanku ”Ada apa, dari tadi kok senyam-senyum sendiri?” Sambil tersipu kujawab sekenanya saja “Lagi berfikir mana yang lebih indah antara sinar bulan purnama dengan senyummu”. Tiranipun tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku. Hehehe.. Seandainya saja dia tahu apa yang tengah kupikirkan mungkin kejadiannya akan berbeda.

Senja mulai berlalu, salah seorang teman Tirani yang juga saat itu hadir ingin pulang dan saya diminta tolong untuk mengantarkannya sampai depan gang perumahan. Sekembalinya dijalan aku dicegat oleh seseorang yang memberikan 2 gelas kopi “Kang.. ini kopi titipannya Tirani, semua sudah dibayar”. Duhhh… benar-benar gak nyangka Tirani begitu memperhatikan diriku. Sepanjang perjalan hati ini terus berbunga namun tiba-tiba terhentak kaget begitu menyadari isi kopi digelas sudah susut hingga setengahnya. Sambil melanjutkan perjalan mataku tak berkedip memperhatikan gelas yang kupegang dengan erat. Jantungku semakin berdegup kencang ketika menyaksikan isi kedua gelas terus menyusut tanpa tahu penyebabnya. Tepat didepan pagar rumah isi gelaspun habis dan akupun bergegas masuk kedalam rumah dengan penuh rasa khawatir.

Seluruh kejadian yang baru saja kualami langsung kuceritakan kepada Tirani namun sialnya dia sama sekali tidak mempercayainya “Gak percaya… paling tadi jatuh dijalan. Gimana kalau kita beli lagi dan kita buktikan ceritamu tadi?” tantangnya sembari melontarkan senyum manisnya. Alamakkkk… jantungku kembali berdegup kencang tapi kali ini bukan karena takut melainkan oleh senyumnya yang penuh pesona. Nyaliku yang tadinya sempat ciut tiba-tiba bangkit kembali “You raise me up, so I can stand on mountains; You raise me up, to walk on stormy seas; I am strong, when I am on your shoulders; You raise me up... To more than I can be…”.

Singkat cerita kami berdua pada akhirnya keluar rumah menuju warung kopi. Sepanjang jalan kami terus bercanda dan keakrabanpun semakin terjalin. Perbedaan usia yang jauh sama sekali tidak membuat kami canggung, tidak ada lagi jarak yang memisahkan antara aku dan dia, mungkin karena selama ini aku lebih banyak bergaul dengan anak muda dibandingkan dengan orang yang sebaya.

Ditengah perjalan tiba-tiba kami dikejutkan oleh kemunculan sekelompok kelelawar raksasa yang tanpa memberikan peringatan langsung menyerang kami berdua. Dengan gagah berani mengandalkan jurus ilmu bela diri yang dulu pernah dipelajari aku berusaha keras melindungi Tirani. Entah sudah berapa kali wajahnya yang mulus nyaris terkena cakaran maupun gigitan dari para kelelawar yang terus menyerang dengan ganasnya, untung saja aku selalu berhasil menggagalkan serangan tersebut.

Pertarungan yang tidak seimbang terus berlangsung dengan sengitnya namun perlahan tapi pasti tenagakupun mulai terkuras. Ditengah kepanikan sayup kudengar raungan sirine polisi dikejauhan. Raungan itu semakin lama semakin terdengar jelas ditelinga, harapanpun kembali muncul namun tiba-tiba gubrakkkk… Aku benar-benar kaget… aku sudah berada disituasi dan kondisi yang benar-benar berbeda, seolah olah aku baru saja melalui lorong waktu. Anehnya raungan sirine itu justru terdengar semakin keras saja ditelinga ini. Mataku semakin terbelalak ketika mengetahui aku sedang berada dikamar dan akhirnya akupun tersadar bahwa raungan sirine itu ternyata raungan alarm dari handphone bukan dari mobil polisi. Bangun… woiii… bangun… hari sudah siang....

Sial… kenapa aku harus dibangunkan begitu cepat dari lelap tidurku. Sejuta rasa sesal menggelayut dihati ini, tapi disi lain aku berterima kasih kepada Allah SWT yang masih mengasihi diriku dengan menghadirkan sosok Tirani walau hanya melalui sebuah mimpi.

Tanpa terasa sudah 3 tahun lebih aku mengikuti perjalan Tirani dan sepanjang waktu itu tidak sekalipun dia pernah hadir di dalam mimpi hingga 2 bulan terakhir ini semuanya berubah 180 derajat. Aneh tapi nyata, ketika aku sedang mengalami kesulitan justru mimpi tentang Tirani sering menghiasi tidurku.

Terimakasih Tuhan telah kau berikan kepadaku seorang malaikat kecil yang selalu hadir untuk melindungi dan menyemangatiku dan terimakasih pula kepada seseorang(entah siapa yang jelas fakernya Tirani) yang telah mengenalkan Tirani kepadaku melalui Facebook.  Salam metal kepada @tiranids – My Little Angel yang telah tiada lelahnya memberiku semangat dalam meniti kehidupan yang kurang bersahabat walau dengan caranya sendiri. 

Note:
Mimpi dan kejadian yang ditulis benar-benar saya alami dan sengaja diabadikan diblog ini agar suatu saat nanti ketika daya ingat sudah mulai menurun saya tidak perlu berusaha keras untuk mengingat perjalan dan peristiwa hidup yang sangat istimewa ini.