Sebutan saya sebagai Pak Dosen untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Cendol salah satu jawara mancing diseputaran Bintaro dan Ciputat yang sangat disegani oleh para lawan tandingnya. Dimasa keemasannya Cendol kerap kali diusir oleh pemancing maupun pemilik empang sebagai akibat setiap dia main hampir dipastikan menjadi juara dan bahkan terkadang dalam 1 sesi bisa menggondol 3 amplop. Ujung-ujungnya Cendolpun diisukan memelihara jin oleh para pemancing yang sirik.
Berawal di Pemancingan Galatama Lele Kelapa Ijo Sawah Lama Ciputat dipertengahan Desember 2011 saya mulai mengenalnya. Andri seorang pemancing teman karib saya dan juga Cendol mengajak saya ke Kelapa Ijo. Pada saat itu saya tidak mancing hanya survey lokasi dan kebetulan saat itu Cendol tengah main dan aksinya memang sangatlah luar biasa, dalam 1 sesi berhasil menyabet juara Induk 1 dan Prestasi dengan hampir tidak ada perlawanan yang berarti dari lawan tandingnya.
Sepanjang lomba saya selalu memperhatikan caranya memancing, hal pertama yang membuat saya takjub adalah betapa seringnya Cendol melakukan perubahan terhadap setelan stopper pelampungnya. Ketika ikan makannya lambat buru-buru stoppernya dirubah dan ketika sudah dirubah ikan juga tetap tidak mau makan maka buru-buru dia mencari spot ikan lainnya. Terkadang umpan dilempar kebawah blower kemudian reel digulung secara perlahan sambil jorannya digoyang-goyang. Dilain kesempatan dia setel stoppernya dengan jarak sejengkal dan melempar umpannya tepat dibawah blower dengan tujuan agar ikan yang mangap-mangap diblower menyambar umpannya. Melihat caranya mancing sayapun segera mengambil kesimpulan bahwa Cendol pastinya tidak memelihara jin atau main dukun seperti yang diisukan oleh para pemancing yang pada sirik melainkan seorang pemancing bermental baja yang telah membekali dirinya dengan segudang tehnik mancing yang benar-benar belum dimengerti oleh lawan tandingnya pada saat itu.
Tidak perlu menunggu waktu yang lama sayapun menjadi akrab dengan Cendol. Selama tujuh bulan kedepan saya banyak belajar mengenai berbagai macam tehnik mancing lele dengan Cendol, terkadang ketika umpan andalannya sudah tidak jalan(cacing lur dan daging) saya memberikan saran kepada dia untuk menggunakan umpan olahan yang selalu saya eksperimenkan dan disinilah awal kejadian yang membuat Cendol memberikan julukan Pak Dosen kepada saya. Apa yang dikatakan Cendol memang hampir 100% benar karena setelah menemukan sebuah resep umpan yang mumpuni maka untuk selanjutnya resep tersebut saya tinggalkan dan memulai eksperimen dengan resep umpan yang baru.
Setelah kecelakaan yang menyebabkan kaki saya patah dipenghujung Juli 2012 saya cukup lama tidak pernah bertemu lagi dengan Cendol. Pertemuan kami kembali dimulai sekitar pertengahan April 2013 di sebuah empang yang terletak di jalan Semanggi – Ciputat. Cendol sudah tidak seperkasa dulu dan bahkan dengan mudahnya dalam 2 sesi saya mengalahkannya untuk merebut juara prestasi yang selama ini selalu menjadi kebanggaanya. Photo diatas adalah saya bersama dengan Cendol diambil oleh Andri sesaat setelah lomba di Semanggi dan 2 jari yang diacungkannya menandakan bahwa saya telah 2 kali berturut-turut mengalahkannya sebagi juara prestasi.
Kekalahan Cendol dari saya pada saat itu dan juga pemancing lainnya yang berhasil menyabet juara lebih disebabkan karena tehniknya sudah banyak ditiru dan auranya meredup dikarenakan penyakit leukimia yang dideritanya. Cukup trenyuh juga melihat kondisi fisik Cendol yang tadinya begitu segar berubah menjadi kering kerontang. Satu hal lagi yang menjadi kelemahan Cendol yang cukup saya pahami adalah dia bisa dinyatakan buta dengan essen mancing dan selama ini dia memang sangat mengandalkan segudang tehnik yang dimiliki untuk meraih kemenangannya. Masa telah berganti dan pola makan ikanpun juga berubah dikarenakan kondisi air dan faktor lainnya. Hal ini sebenarnya juga dipahami oleh Cendol namun entah mengapa dia masih bersikukuh dengan pendiriannya yang lebih mengandalkan tehnik mancing.
Sayapun tidak berapa lama menetap mancing di Semanggi dan memulai kembali penjelajahan dari empang ke empang. Sekitar 2 minggu berselang Cendol datang kerumah berminat membeli essen namun kalau bisa bayar belakangan katanya pada saat itu. Sayapun langsung mengiyakan tanpa berharap dia menepati janjinya hitung-hitung sebagai balas jasa atas ilmu yang telah diturunkannya. Cendolpun nampak sangat gembira dan selang beberapa saat kemudian diapun pamit pulang dengan membawa beberapa botol essen.
Lebih kurang 1 bulan berselang Cendol tiba-tiba muncul dirumah dengan riang gembira sambil memamerkan 1 set peralatan mancing super lengkap dan tak lupa menitipkan uang untuk pembayaran essen. "Hasil kemenangan pak" ujarnya sembari tersenyum. Begitu riang gembiranya dia saat itu seolah-olah tidak ada beban penyakit berat yang diderita. Cukup lama kami ngobrol dan kemudian dia pamit pulang.
Kini sudah hampir 1 tahun berselang saya tidak pernah bertemu lagi dengan Cendol seorang guru yang telah begitu banyak memberikan wawasan mengenai tehnik mancing lele yang benar kepada saya. Pernah beberapakali berupaya menghubunginya melalui SMS dan telpon langsung tapi tidak ada jawaban. Kabar terakhir yang saya dengar Cendol sudah tidak terjun lagi kedunia galatama karena kesehatannya menurun. Saya hanya bisa berdoa semoga kondisi kesehatannya tidak semakin parah dan bahkan sebaliknya menjadi semakin membaik sehingga bisa kembali lagi berkiprah di galatama lele maupun dunia permancingan lainnya.
Note:
- Kisah diatas saya tulis pada tanggal 24 April 2014 dan pagi ini Jum'at tanggal 3 April 2015 saya mendapat kabar bahwa Kamis malam beliau telah telah berpulang ke Rahmatullah.
- Terakhir ketemu pada acara mancing di tandon BPI tanggal 22 Maret 2015 bersama dengan Fajar Feat Boetoel.
Selamat jalan Sahabat semoga engkau kini bahagia disisi Allah SWT. Aaminn YRA
Berawal di Pemancingan Galatama Lele Kelapa Ijo Sawah Lama Ciputat dipertengahan Desember 2011 saya mulai mengenalnya. Andri seorang pemancing teman karib saya dan juga Cendol mengajak saya ke Kelapa Ijo. Pada saat itu saya tidak mancing hanya survey lokasi dan kebetulan saat itu Cendol tengah main dan aksinya memang sangatlah luar biasa, dalam 1 sesi berhasil menyabet juara Induk 1 dan Prestasi dengan hampir tidak ada perlawanan yang berarti dari lawan tandingnya.
Sepanjang lomba saya selalu memperhatikan caranya memancing, hal pertama yang membuat saya takjub adalah betapa seringnya Cendol melakukan perubahan terhadap setelan stopper pelampungnya. Ketika ikan makannya lambat buru-buru stoppernya dirubah dan ketika sudah dirubah ikan juga tetap tidak mau makan maka buru-buru dia mencari spot ikan lainnya. Terkadang umpan dilempar kebawah blower kemudian reel digulung secara perlahan sambil jorannya digoyang-goyang. Dilain kesempatan dia setel stoppernya dengan jarak sejengkal dan melempar umpannya tepat dibawah blower dengan tujuan agar ikan yang mangap-mangap diblower menyambar umpannya. Melihat caranya mancing sayapun segera mengambil kesimpulan bahwa Cendol pastinya tidak memelihara jin atau main dukun seperti yang diisukan oleh para pemancing yang pada sirik melainkan seorang pemancing bermental baja yang telah membekali dirinya dengan segudang tehnik mancing yang benar-benar belum dimengerti oleh lawan tandingnya pada saat itu.
Tidak perlu menunggu waktu yang lama sayapun menjadi akrab dengan Cendol. Selama tujuh bulan kedepan saya banyak belajar mengenai berbagai macam tehnik mancing lele dengan Cendol, terkadang ketika umpan andalannya sudah tidak jalan(cacing lur dan daging) saya memberikan saran kepada dia untuk menggunakan umpan olahan yang selalu saya eksperimenkan dan disinilah awal kejadian yang membuat Cendol memberikan julukan Pak Dosen kepada saya. Apa yang dikatakan Cendol memang hampir 100% benar karena setelah menemukan sebuah resep umpan yang mumpuni maka untuk selanjutnya resep tersebut saya tinggalkan dan memulai eksperimen dengan resep umpan yang baru.
Setelah kecelakaan yang menyebabkan kaki saya patah dipenghujung Juli 2012 saya cukup lama tidak pernah bertemu lagi dengan Cendol. Pertemuan kami kembali dimulai sekitar pertengahan April 2013 di sebuah empang yang terletak di jalan Semanggi – Ciputat. Cendol sudah tidak seperkasa dulu dan bahkan dengan mudahnya dalam 2 sesi saya mengalahkannya untuk merebut juara prestasi yang selama ini selalu menjadi kebanggaanya. Photo diatas adalah saya bersama dengan Cendol diambil oleh Andri sesaat setelah lomba di Semanggi dan 2 jari yang diacungkannya menandakan bahwa saya telah 2 kali berturut-turut mengalahkannya sebagi juara prestasi.
Kekalahan Cendol dari saya pada saat itu dan juga pemancing lainnya yang berhasil menyabet juara lebih disebabkan karena tehniknya sudah banyak ditiru dan auranya meredup dikarenakan penyakit leukimia yang dideritanya. Cukup trenyuh juga melihat kondisi fisik Cendol yang tadinya begitu segar berubah menjadi kering kerontang. Satu hal lagi yang menjadi kelemahan Cendol yang cukup saya pahami adalah dia bisa dinyatakan buta dengan essen mancing dan selama ini dia memang sangat mengandalkan segudang tehnik yang dimiliki untuk meraih kemenangannya. Masa telah berganti dan pola makan ikanpun juga berubah dikarenakan kondisi air dan faktor lainnya. Hal ini sebenarnya juga dipahami oleh Cendol namun entah mengapa dia masih bersikukuh dengan pendiriannya yang lebih mengandalkan tehnik mancing.
Sayapun tidak berapa lama menetap mancing di Semanggi dan memulai kembali penjelajahan dari empang ke empang. Sekitar 2 minggu berselang Cendol datang kerumah berminat membeli essen namun kalau bisa bayar belakangan katanya pada saat itu. Sayapun langsung mengiyakan tanpa berharap dia menepati janjinya hitung-hitung sebagai balas jasa atas ilmu yang telah diturunkannya. Cendolpun nampak sangat gembira dan selang beberapa saat kemudian diapun pamit pulang dengan membawa beberapa botol essen.
Lebih kurang 1 bulan berselang Cendol tiba-tiba muncul dirumah dengan riang gembira sambil memamerkan 1 set peralatan mancing super lengkap dan tak lupa menitipkan uang untuk pembayaran essen. "Hasil kemenangan pak" ujarnya sembari tersenyum. Begitu riang gembiranya dia saat itu seolah-olah tidak ada beban penyakit berat yang diderita. Cukup lama kami ngobrol dan kemudian dia pamit pulang.
Kini sudah hampir 1 tahun berselang saya tidak pernah bertemu lagi dengan Cendol seorang guru yang telah begitu banyak memberikan wawasan mengenai tehnik mancing lele yang benar kepada saya. Pernah beberapakali berupaya menghubunginya melalui SMS dan telpon langsung tapi tidak ada jawaban. Kabar terakhir yang saya dengar Cendol sudah tidak terjun lagi kedunia galatama karena kesehatannya menurun. Saya hanya bisa berdoa semoga kondisi kesehatannya tidak semakin parah dan bahkan sebaliknya menjadi semakin membaik sehingga bisa kembali lagi berkiprah di galatama lele maupun dunia permancingan lainnya.
Note:
- Kisah diatas saya tulis pada tanggal 24 April 2014 dan pagi ini Jum'at tanggal 3 April 2015 saya mendapat kabar bahwa Kamis malam beliau telah telah berpulang ke Rahmatullah.
- Terakhir ketemu pada acara mancing di tandon BPI tanggal 22 Maret 2015 bersama dengan Fajar Feat Boetoel.
Selamat jalan Sahabat semoga engkau kini bahagia disisi Allah SWT. Aaminn YRA
saya ikut simpati dengan persahabatan bang sonny dan bang cendol, turut berduka bang.
BalasHapus