Senin, 06 Mei 2013

All That Glitters Is Not Always Gold

Ungkapan “Semua Yang Gemerlap Belum Tentu Emas” ini mungkin sudah tidak asing bagi kita semua. Dalam roda kehidupan tidak jarang kejadian yang terkait dengan ungkapan ini seringkali bersentuhan dengan kita. Tak luput sayapun yang sudah berhati-hati dalam menilai seseorang juga harus mengalami kejadian super konyol dan kena imbas dari ungkapan diatas.

Singkat cerita beberapa waktu yang lalu saya berkenalan dengan seorang pemancing di sebuah group mancing, sebut saja namanya Yusuf Kapitalis. Diawal bergabung Yusuf menunjukkan sikap dan perilaku yang sangat positif seperti menganjurkan membuat lubang biopori atau ajakan untuk menyiarkan lowongan kerja di group sehingga bagi rekan-rekan yang belum bekerja dapat terbantu mendapatkan informasi yang terkini.

Sifat terpuji yang ditunjukkan Yusuf ternyata tidak bertahan lama, dalam 1 atau 2 bulan semenjak bergabung Yusuf  mulai menunjukkan sifat aslinya, seperti sering meremehkan dan menyerang orang yang tidak sepaham dengan pendapat dia. Yusuf juga sering tersinggung dengan candaan teman-teman dan kemudian hilang dari inbox group dan bahkan hengkang dari group. Suatu hari seorang anggota group  berinisiatif membuat kaos identitas group dan Yusuf adalah salah satu pemesan yang memilih pembayarannya dilakukan secara tunai. Ketika kaos sudah jadi maka Yusufpun dikonfirmasi untuk melakukan pembayaran. Sungguh diluar nalar, Yusuf yang sering membanggakan hartanya tidak mau melakukan pembayaran kaos seharga Rp. 95.000,- dan memilih untuk hengkang dari group kembali.

Selang 1 bulan setelah  kejadian penagihan kaos Yusuf  melakukan permohonan untuk bergabung di group kembali, para administrator yang sudah paham betul dengan sifatnya merasa enggan melakukan persetujuan, tentunya dengan maksud agar situasi kondusif di group bisa terjaga dengan baik. Yusuf pada akhirnya menanyakan permohonannya kepada saya via inbox dan ketika saya mengklarifikasi perihal hengkangnya dia dulu maka Yusufpun berkilah bahwa hengkangnya yang pertama karena dia tidak enak dimonitoring terus oleh bossnya sedangkan untuk hengkangnya yang kedua Yusufpun berkilah bahwa dia tidak pernah melakukannya dan beralasan mungkin istrinya yang melakukannya. Dengan berbagai macam pertimbangan termasuk harapan bahwa Yusuf mau melakukan perubahan atas sikap dan perilakunya pada akhirnya saya sendiri yang melakukan persetujuan permohonannya.

Diawal bergabungnya kembali Yusuf memang berubah tapi lagi-lagi perubahan ini tidak bertahan lama. Kali ini bukan teman-teman yang menjadi korban melainkan saya sendiri. Hehehehe… benar-benar apek nasib awak ini, saya yang notabene telah memberikan kesempatan kepada dia juga ikut-ikutan jadi korban.

Ceritanya begini, dipertengahan Maret 2013 saya upload photo essen probait di wall saya sendiri(note:bukan di wall group) dan dikomentari oleh beberapa orang teman yang tertarik untuk membeli essen dimaksud. Tiba-tiba saja Yusuf masuk dan menyudutkan produk yang saya jual, berikut adalah cuplikan perkataannya “Saya blom make om andri.. Couse dah banyak pilihan oplosan yg notabene semua paling TOP.. Hehehe gpp kok kan cuma sharing aje.. Klo bagus saya mau juga..tapi klo cuma sekali test drive apa lagi diharian.. Klo saya lebih suka melihat.. Di banding katanya.. Seperti oplosan TRD,hedjo, bonang, by mr bagoes, kerena saya sudah liat dgn mata dan kepala sendiri.. Sensasinya luar biasa.. Bahkan jadi oplosan andlan saya, juga ale2, blues cretornya om benggol.. Itu kerena test drivenya juga bareng2.. Sama2 liat dan hasilnya juga sudah banyak di koment para pemancing..(Maaf bukan promosi ye heheehe)..begitu om andri.. “.

Walau terusik dengan perkataannya Yusuf yang meremehkan produk yang saya jual, apalagi saya tidak menawarkan kepada dia untuk membeli melainkan hanya upload gambar di wall pribadi, saya tetap santai dan membalas ocehannya dengan berkata “Gak masah Yus.. Probait memang bukan levelnya TRD dan lain2.. Tapi hanya PROBAIT yg sudah sering membuat saya bolak balik ngamplop di lele.... dan sudah sering mengalahkan pengguna TRD ....”

Keesokan harinya saya melihat comment Yusuf sudah tidak nampak Profile Picturenya lagi. Ajib….Saya sudah diunfriend dan diblokir. Yusuf mungkin marah belangnya saya bongkar, memang pada kenyataannya demikian, ketika kami sering mancing bareng di Galatama Lele si Yusuf paling banter hanya dapet 3 ekor dan tidak pernah ngamplop. Hebatnya lagi, “kemarahan” Yusuf kali ini ditunjukkan dengan cara hengkang dari seluruh group pemancing yang saya buat, termasuk di group mancing ikan mas dimana yang bersangkutan saya percayakan untuk menjadi salah seorang Administrator.

Yusuf tenggelam bagaikan lele yang gak pernah nenggak, sampai suatu hari dia mengajukan permohonan keanggotaan kembali digroup mancing ikan mas dikarenakan ada yang memberitakan bahwa dia ngamplop. Permohonan Yusuf disetujui oleh salah seorang Administrator namun kemudian saya cabut kembali dengan pertimbangan untuk memberikan pelajaran yang berharga kepada Yusuf bahwa bukan hanya dia yang bisa bertindak semaunya terhadap orang lain, tapi orang lainpun bisa bertindak yang sama terhadap dia .

Tapi sekali lagi Yusuf adalah Yusuf, orang yang tinggi hati dan tidak pernah mau belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan. Saat ini Yusuf bukannya tersadar dan mau melakukan koreksi diri malah gembar gembor kesana kemari kalau dia di “kick” dari sebuah group mancing. Kalau yang menilai pernyataan Yusuf memiliki wawasan yang luas pasti akan paham kalau seseorang  sengaja dikeluarkan dari sebuah forum atau group tentunya yang bersangkutan memiliki perilaku yang buruk, tapi Yusuf malah dengan bangga menunjukkan keburukannya kesana kemari. Saya hanya bisa tersenyum melihat tingkah polahnya sambil berdoa semoga suatu hari nanti Allah SWT akan membukakan pintu hidayah untuk rekan kita yang satu ini.

Sahabat yang budiman,
Kisah ini hanyalah bagian kecil dari perjalanan hidup saya, dan sengaja ditulis diblog agar saya selalu teringat dan bisa lebih mawas diri dalam memahami makna atau arti dari ungkapan “All That Glitters Is Not Always Gold”.


  

0 comments:

Posting Komentar