Berbicara mengenai MLM(Multi Level Marketing) tentunya juga harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai MLM itu sendiri. Saya yang baru seumur jagung mengenal dunia ini seharusnya belum pantas untuk menulis artikel mengenai MLM, tapi karena pihak blogger mengharuskan saya untuk menulis dan menulis maka apapun yang terlintas dipikiran dan bisa dijadikan reminder ketika daya ingat sudah mulai menurun maka tidak ada salahnya saya juga menuliskan mengenai MLM dan tentu saja sepanjang yang saya ketahui.
Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama bahwa mayoritas penduduk Indonesia ketika ditawari untuk membeli produk MLM akan langsung bereaksi negatif, apalagi kalau dipresentasikan mengenai bisnisnya. Dalam banyak kasus seorang distributor MLM yang sedang semangat-semangatnya mempresentasikan bisnisnya malah balik diceramahi oleh prospeknya sehingga sering kali kejadian yang tak disangka-sangka ini menyebabkan runtuhnya mental sang distributor dan bilamana demikian sudah dapat dipastikan berakhir pula perburuannya mencari downline. Iming-iming penghasilan besar yang tadinya menghantui pikiran berganti dengan sumpah serapah. Akses telpon yang tadinya terbuka lebar untuk para upline mulai dibatasi. Kata-kata motivasi yang sebelumnya selalu menjadi hiasan hati berganti dengan kata berhenti, berhenti dan berhenti. Pokoknya tiada lagi hal terindah dalam hidup selain berhenti menjadi Distributor MLM.
Reaksi negatif sudah dikenal sebagai pembunuh nomor satu dalam dunia MLM. Tak jarang pula reaksi negatif yang berlebihan menjadi pemicu renggangnya hubungan antar beberapa orang atau kelompok yang sebelumnya telah terbina dengan baik. Reaksi negatif juga sering dilakukan oleh seorang pengangguran yang notabene telah melayangkan ribuan surat lamaran kerja dan tidak satupun diantaranya yang mendapatkan tanggapan positip. Sangat ironis sekali memang, satu-satunya peluang yang menghampiri sang pengangguran malah ditolak mentah-mentah, padahal peluang usaha yang ditawarkan tidak membutuhkan surat lamaran kerja ataupun katabalece dan modal usahanyapun juga tidak lebih besar dari Rp. 100.000,- sebuah nilai yang tentu saja jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk mengirim seluruh surat lamaran kerjanya.
Kontra MLM
Perusakan dari dalam
Kontra MLM semakin tumbuh subur dipicu oleh ulah segelintir orang yang menjalankan bisnis tipu-tipunya dengan berkedok bisnis MLM, sebagai contoh Bernard Investment, QSAR dan Pohon Emas. Perilaku tidak terpuji dari para Distributor "Maling" juga semakin menambah citra buruk bisnis ini. Para Distributor "Maling" ini menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan pribadinya, misal menerapkan pola investasi pada grupnya yang sebenarnya tidak disarankan oleh perusahaan, menilap uang pendaftaran downline, praktek scam; menjanjikan sesuatu secara berlebihan atau tanpa dasar perhitungan yang masuk akal, menjual produk yang telah kadaluwarsa, tidak pernah punya waktu untuk membantu downline, memperlakukan downline seperti bawahan dan lain sebagainya.
Skema Kerja MLM
MLM pada dasarnya merupakan sistem pemasaran alternatif yang bilamana mau dikaji lebih dalam lagi adalah satu-satunya bentuk usaha yang benar-benar menerapkan prinsip ekonomi; dengan modal yang sekecil-kecilnya mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Sebenarnya tidak ada hal yang perlu dicurigai terhadap mekanisme kerja MLM. Tudingan bahwa MLM menjual produk tidak berkualitas dengan harga tinggi sebenarnya tidak beralasan dikarenakan MLM adalah sebuah sistem pemasaran bukan sebuah institusi yang mengajarkan orang untuk menipu. Jika saja dalam prakteknya dilapangan ditemui tindak penipuan sebagaimana dimaksud tentunya bukan sistem MLMnya yang salah melainkan mentalitas dari pengusahanya.
Kalau mau dibandingkan, jumlah penipuan yang dilakukan oleh pelaku bisnis konvensional jauh lebih banyak dibandingkan dengan MLM. Berapa kalikah Anda tertipu dengan bobot timbangan? Berapa kalikah Anda membeli mangga yang dikatakan manis tapi pada kenyataannya kecut? Berapa kalikah Anda mendengar Bank ditutup karena dibobol sendiri oleh pemiliknya? Tapi kenapa orang masih berbelanja kepasar? Kenapa juga orang tidak pernah kapok beli mangga? Kenapa juga orang masih menabung di bank? Mungkin ada baiknya pemerintah mengeluarkan Blanket Insurance agar kepercayaan masyarakat kepada dunia MLM kembali pulih seperti sedia kala.
Distribusi Barang dan Iklan
Dalam sistem konvensional produsen tidak menjual barangnya langsung ke End User melainkan melalui sebuah mata rantai penjualan berjenjang dan umumnya menggunakan pola Produsen => Distributor => Agen => Pengecer => Konsumen. Disitribusi penjualan barang yang dilakukan oleh perusahaan MLM adalah memperpendek jarak antara Produsen dan Konsumen yaitu dengan cara memangkas 3 jalur distribusi barang yang dilakukan oleh perusahaan konvensional; Distributor, Agen dan Pengecer.
Untuk mengenalkan satu macam produknya perusahaan konvensional harus mengeluarkan biaya iklan yang sangat besar, disisi lain perusahaan MLM hanya mengandalkan sistem Mouth to Mouth untuk mengenalkan seluruh produknya. Secara prinsip perusahaan MLM tidak beriklan untuk mengenalkan produknya, bilamana dalam suatu kesempatan ada tayangan iklannya maka bisa dipastikan tayangan tersebut diupayakan oleh grup distributornya. Pemangkasan jalur distribusi dan penghematan biaya iklan inilah yang kemudian dikompensasikan oleh sebuah perusahaan MLM sebagai bonus dan reward yang dibagikan kepada para distributornya.
MLM bukan bisnis mudah
Jangan sekalipun pernah berpikir kalau MLM adalah cara mudah untuk kaya, karena yang benar MLM adalah sebuah peluang usaha dengan modal usaha yang relatif kecil namun memiliki potensi bisnis yang luar biasa. Sama halnya dengan bisnis konvensional, MLM adalah bisnis yang tidak mudah untuk dilakukan. Perbedaan yang paling mendasar antara bisnis konvensional dengan MLM dalam mencapai suatu tujuan adalah dari sisi permodalan. Jika ingin memperoleh penghasilan yang besar maka pada umumnya seorang pelaku bisnis konvensional harus mengeluarkan modal usaha yang besar pula. Keharusan seperti ini tidak berlaku di bisnis MLM, dengan modal usaha yang kecil setiap Distributor memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan penghasilan yang besar.
Pemahaman bahwa MLM merupakan bisnis yang mudah atau lebih ekstrim lagi dengan duduk dan diam bisa dapat uang besar adalah benar-benar menyesatkan. Kesalahan pemahaman ini seringkali terjadi dikarenakan ketika dijelaskan oleh seorang sponsor sang calon downline hanya fokus kepada bonus yang akan diperolehnya. Pada akhirnya pertanyaan sang calon downline hanya berputar sekitarar bonus dan reward yang akan diterimanya dan tanpa harus terlebih dahulu memahami bagaimana cara untuk mewujudkannya sang downlinepun memutuskan untuk bergabung. Kesalahan pemahaman mengenai konsep kerja MLM inilah yang menyebabkan banyak orang gagal dan merasa tertipu.
Pengukuran
Suatu hari saya mendengar pembicaraan yang sangat menarik antara seorang Distributor sebuah perusahaan MLM yang usianya relatif masih muda dengan rekannya "Sudahlah.. kamu tidak perlu percaya dengan perkataan uplinemu... Langkah Sukses itu tidak lebih dari bualan perusahaan... Saya saja yang sudah 3 bulan mengikuti semua petunjuknya tanpa kecuali tetap juga tidak mendapatkan seorang downline...". Dalam hati sayapun tertawa geli, 3 bulan kan waktu yang sangat singkat!!! Mungkin si Distributor muda belum pernah mendengar mengenai kisah sukses dari Colonel Sanders si pendiri KFC dimana dalam usianya yang menginjak 66 tahun harus melakukan perjalanan lintas negara untuk menawarkan resep ayam gorengnya ke 1000 lebih pengusaha restaurant, bukan waktu yang sesingkat distributor muda itu tentunya!!!
Pada dasarnya sebuah perusahaan MLM telah menyiapkan SOP(Standard Operating Procedure) atau umum dalam dunia jaringan disebut Langkah Sukses yang berfungsi sebagai pedoman bagi seorang Distributor untuk meraih sukses. Langkah sukses biasanya tidak disajikan dalam wujud sebuah buku yang lengkap dengan penjelasannya, melainkan dalam format presentasi atau paling lengkap berupa sebuah buku saku dan isinya menguraikan mengenai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang Distributor. Penjelasan yang lebih rinci dari Langkah Sukses bisa didapat dalam forum konsultasi atau ketika mengikuti sebuah seminar yang menghadirkan orang-orang yang telah sukses. Pedoman ini memang sengaja tidak disusun secara detil dengan pertimbangan biaya dan yang terpenting adalah untuk memahami ruh dari bisnis ini harus belajar dari orang-orang yang telah sukses. Jadi bilamana Anda mau sukses di bisnis ini maka Anda harus rajin berkonsultasi dengan para upline Anda yang telah sukses, karena sesungguhnya merekalah yang benar-benar tahu karakteristik bisnisnya dan hanya merekalah yang benar-benar perduli dengan kesuksesan Anda, karena mereka juga berkepentingan atas kesuksesan Anda.
Skema Piramida yang menguntungkan Upline
Skema piramida sering dijadikan kambing hitam untuk menjatuhkan bisnis ini, padahal dalam organisasi konvensionalpun skema piramida ini juga diterapkan tapi anehnya tidak pernah ada yang meributkan. Hitung saja berapa jumlah Direktur dalam sebuah perusahaan, kemudian bandingkan dengan jumlah bawahan yang ada, jika saja kita mau jujur mengatakannya maka bagan organisasi perusahaan konvensionalpun juga akan membentuk skema piramida.
Kekhatiwaran bahwa bisnis ini hanya menguntungkan orang yang lebih dulu bergabung(upline) dan merugikan yang belakangan(downline) dengan asumsi bahwa pasar telah jenuh juga kurang beralasan mengingat pasar-pasar baru akan terus terbentuk seiring dengan angka kelahiran dan pertambahan usia. Bagaimana dengan penghasilan antara Upline dan Downline? Dalam prakteknya begitu banyak downline yang mempunyai penghasilan yang jauh lebih besar dibandingkan para uplinenya. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan organisasi konvensional, seorang atasan pastinya memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan bawahannya.
MLM tidak mengenal atasan dan bawahan yang berlaku adalah yang lebih dulu(upline) dan yang belakangan(downline) bergabung di bisnis ini. MLM juga tidak menerapkan sistem penggajian, semua penghasilan yang diperoleh para distributornya dihasilkan oleh kerja keras dari masing-masing distributor dengan grupnya. Masing-masing distributor adalah IBO(Independent Business Owner) dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bisnisnya sendiri, jadi jelas sudah bahwa besar atau tidaknya bisnis seorang distributor ditentukan oleh kemauan distributornya sendiri bukan oleh perusahaan bukan juga oleh uplinenya. Mengenai tudingan bahwa jumlah orang yang tidak berhasil sangat tidak sebanding dengan yang berhasil di bisnis MLM tentunya juga kurang beralasan karena hukum ini juga berlaku di bisnis konvensional.
Saran dan Solusi
Data-data yang saya sampaikan diatas mungkin terlalu miskin untuk ditarik menjadi sebuah kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, namun demikian saya pribadi berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan sistem MLM melainkan kita hanya salah menyikapi konsep bisnisnya. Untuk menghindri gesekan yang lebih dalam lagi berikut adalah beberapa tips dari saya yang mungkin dapat digunaka noleh teman-teman semua.
Bagi yang ingin bergabung
- Jangan pernah melihat potensi bisnisnya terlebih dahulu, lihatlah manfaat dari produk yang ditawarkan buat Anda dan keluarga.
- Jangan pernah menerima tawaran bisnis yang tidak ada produknya, karena bisa dipastikan bahwa bisnis yang ditawarkan bersifat money game.
- Jangan pernah menerima tawaran bisnis yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja, misal perbandingan keuntungannya adalah 15:85 entah yang 85% untuk Anda atau sebaliknya, karena dapat dipastikan perusahaan ini tidak akan bertahan lama.
- Bilamana produknya bermanfaat dan Anda tertarik untuk mengembangkan bisnisnya maka sebelum Anda bergabung pastikan terlebih dahulu bahwa Anda memang telah benar-benar memahami sistem perhitungan bonusnya berserta dengan cara untuk memperolehnya.
- Jika Anda bergabung karena tertarik untuk menggunakan produknya saja atau karena sekedar ingin membantu teman saja maka katakanlah hal tersebut diawal supaya jelas.
- Jika Anda dihadapkan dengan berbagai macam pilihan MLM pilihlah yang menggunakan sistem yang menurut Anda paling fair dan jauh dari praktek money game.
- Jangan pernah mencela bisnis yang dijalankan oleh teman Anda, dengarkanlah presentasi bisnisnya dengan baik seperti ketika teman Anda mendengarkan dengan baik curhatan Anda.
- Jangan pernah menghindar dari tawaran bisnis yang diajukan oleh teman Anda, bilamana Anda memang tidak berminat lakukan penolakan dengan cara-cara yang elegan; misal dengan mengatakan bahwa Anda sebenarnya tertarik dengan bisnisnya tapi tidak cocok dengan produknya atau bisa juga dengan bahasa sopan lainnya yang penting tidak akan melukai perasaan teman Anda.
- Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang Anda sendiri tidak bisa melakukannya.
- Presentasi bisnis harus dilakukan secara proporsional, jangan hanya menunjukkan besaran bonus dan rewardnya saja tapi sampaikan juga bagaimana cara untuk meraihnya.
- Jangan pernah menyembunyikan atau merubah data yang diminta oleh calon downline Anda.
- Jangan pernah melakukan tindakan yang tidak terpuji atau bahkan melawan hukum.
halo Sonny, ketemunya di sini lagi ya, jangan bosan ya,
BalasHapusaku baru liat sepintas, tapi ntar balik lagi banyak yg menarik nih, niggalin jejak dulu ah
Hallo Monda bagaimana caramu menemukan jejakku??
BalasHapusIni ceritanya aku lagi belajar nulis, Facebook kan sekarang haram jadi nulis uneg-unegnya ya disini..
Setahu saya, selain Henny kamu salah satu temanku yang pandai menulis... buat blog dong biar kita semua dapat memetik pelajaran dari tulisanmu...
Trims sudah mampir..
HAi Son, aku nemu dirimu di Kompasiana. Tak telusuri sampai di sini juga.
BalasHapussaw